Minggu, 19 Juni 2011

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DALAM PEMBELAJARAN DI TK BERBASIS SUMBER DAYA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Minggu, 19 Juni 2011
 TATIK MARYANA
090020081
Kelas. D. Semester IV


Abstrak : adanya kesejalanan konsep bimbingan dalam pembelajaran  di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan menjadikan proses bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan program bimbingan dalam pembelajaran di TK melalui sumber daya teknologi pendidikan. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan tehnik purposive sampling pada 20 guru di 4 TK dalam wilayah kecamatan Sampang kabupaten Sampang. Data diambil melalui angket dan wawancara serta di analisis dengan tehnik kuantitatif dan kualitatif berdasarkan deskripsi hasil penelitian. Guru dapat memberikan layanan bimbingan dengan mengintegrasikan dalam pembelajaran secara holistik. Produk akhir penelitian berupa pelatihan dan pendampingan serta skenario program video pembelajaran yang menggambarkan peran guru dalam mengimplementasikan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.

Kata kunci : bimbingan, pembelajaran, guru, anak, TK, sumber daya teknologi pendidikan.

Konsep pembelajaran di TK sangat berjalan dengan konsep bimbingan di TK yang sangat peduli dengan perkembangan anak secara menyeluruh. Pada dasarnya bimbingan merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi perkembangan individu agar mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal. Melalui bimbingan individu diharapkan anak TK dapat menjalani fase-fase perkembangannya dengan sukses serta dapat mengembangkan dan mewujudkan berbagai potensi dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Dengan dukungan setting dan lingkungan belajar yang kondusif untuk sebuah program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan. Yang menciptakan lingkungan belajar lingkungan belajar yang diciptakan tersebut dapat menstimulasi anak untuk belajar sambil bermain dengan menyenangkan.
Bimbingan dalam pembelajaran memiliki ciri-ciri berikut (Kartadinata dan Dantes, 1997 dan Natawidjaja, 1988) :
1. Diperuntukkan bagi semua murid.
2. Memperlakukan murid sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
3. Mengakui murid sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
4. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara   menyeluruh dan optimal.
5. Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
   
Bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain (Joyfull learning) merupakan prinsip dasar pembelajaran yang perlu dikembangkan dalam program pembelajaran yang berbasis bimbingan dan proses bimbingan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan terintegrasi pelaksanaannya dalam pembelajaran di TK. Sedangkan sumber daya teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan dan mengelolah proses dari sumber daya teknologi yang tepat. Sumber daya teknologi pendidikan meliputi : alat, bahan, perangkat pengaturan dan orang-orang yang berinteraksi dengan peserta didik untuk belajar memecahkan masalah dan kinerja masalah. Ketika sumber daya sedang dipertimbangkan untuk digerakkan sebagai bagian dari pelajaran intruksional atau program maka efektifitas dan efisiensi harus disertakan.
Efektifitas mengacu pada kesesuaian dan kompaktibilitas sumber daya yang diberikan berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Efesiensi mengacu pada pemanfaatan secara bijak waktu dan sumber daya, termasuk upaya teknologi pendidikan itu sendiri, karena setiap orang memiliki anggaran yang terbatas,  pembeli harus mempertimbangkan perangkat keras dan lunak yang akan memberikan manfaat terbesar bagi sebagian besar peserta didik atau manfaat terbesar bagi keberhasilan organisasi. Sumberdaya dapat mencakup apa saja yang tesedia untuk membantu individu belajar dan melaksanakan kompetensi (AECTECTECT, 1994). Adalah penting untuk memasukkan ”Sumber Daya Oleh Pemanfaatan” terutana dengan peningkatan yang signifikan dalam menggunakan jenis sumber daya dilingkungan belajar yang kaya informasi.
Adapun tujuan peneliti secara umum adalah untuk memperoleh pengetahuan dan bukti empirik mengenai implementasi program bimbingan dalam pembelajaran di TK bebasis sumber daya teknologi pendidikan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk; (1)  Mengetahui implementasi program pembelajaran berbasis bimbingan.
(2) Mendeskripsikan kompetensi apasaja yang perlu dimiliki guru dalam melaksanakan program pembelajaran berbasis bimbingan.
(3) Mengidentifikasi peran guru dalam program pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran informasi tentang implementasi program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan. Metode deskriptif digunakan karena akan menghasilkan data faktual yang diolah secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik, dan data kualitatif yang dihasilkan berdasarkan hasil-hasil penelitian.
Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpul data, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif, digunakan untuk menganalisis data skor hasil angket guru melalui metode statistik, sedangkan analisis data kualitatif, dilakukan untuk menganalisis data hasil observasi dan wawancara.
Subjek dalam penelitian ini program bimbingan dalam pembelajaran di TK, adapun objek penelitian adalah guru TK sebagai pelaksana program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan. Adapun sampel penelitian adalah 20 orang guru yang diambil dari 4 TK yang ada di kecamatan Sampang,  kabupaten Sampang yaitu TK Negri Pembina, TK Kartika, TK Bhayangkari, dan TK Banyuanyar.

Hasil
Hasil penelitian meliputi gambaran umum implementasi pelaksanaan program pembelajaran berbasis bimbingan di TK dan kompetensi guru dalam melaksanakan program pembelajaran berbasis bimbingan. Adapun pembahasan hasil penelitian meliputi:
1. Pelatihan Program Bimbingan dalam Pembelajaran di TK Berbasis Sumber Daya Teknologi Pendidikan.
Secara umum program pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru terhadap pengembangan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.
Adapun secara khusus program ini bertujuan untuk :
(1) Membekali guru dalam penguasaan konsep bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.
(2) Membekali guru untuk merencanakan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.
     (3) Memberikan gambaran pelaksanaan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.
. Materi diberikan dalam pelasanaan program ini mencakup:
-          Konsep bimbingan dalam pembelajaran di TK.
-          Pengembangan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan. .
-            Konsep Pembelajaran yang Berorientasi Perkembangan dan konsep Developmentally Apropriate Practice (DAP).

2. Pendampingan Program Bimbingan Dalam Pembelajaran Di TK Berbasis Sumber Daya Teknologi Pendidikan. .
Dari gambaran hasil pendampingan para guru ketika melaksanakan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan  sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan terlihat adanya penilaian layanan bimbingan, baik layanan maupun kelompok. Adapun peran guru masih perlu ditingkatkan karena masih terlihat adanya praktek pembelajaran yang berorientasi akademik dan perlakuan yang non-appropriate practice. Adapun menurut Ernawulan (2003) dikemukanan bahwa seorang guru TK dalam melaksanakan pembelajaran selain sebagai pendidik dan pelatih, seorang guru perlu menguasai beberapa kemampuan sebagai seorang pembimbing di TK, yaitu sebagai berikut :
1)       Mampu menemukan atau menandai berbagai permasalahan atau kecenderungan adanya masalah yang dihadapi anak TK
2)       Mampu menemukan berbagai faktor atau latar belakang yang mungkin menjadi penyebab terjadinya hambatan atau masalah yang dialami anak TK
3)       Mampu memilih cara penyelesaian masalah atau hambatan yang dihadapi anak TK
4)       Mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak TK
5)       Mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang tua dalam upaya membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi anak TK
6)       Mampu menjalin kerjasama dengan komunitas lain dalam lingkungan TK seperti : dokter, psikolog dan jabatan lainnya serta masyarakat sekitar lingkungan anak TK.

3. Pengembangan Skenario Program Bimbingan dalam Pembelajaran Di TK Berbasis Sumber Daya Teknologi Pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka rancangan skenario program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan mencakup kegiatan bimbingan dalam pembelajaran dan peran guru dalam memberikan layanan bimbingan kepada anak yang memanfaatkan sumber daya teknologi pendidikan.

Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan :
1.       Pelaksanaan kegiatan pelatihan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan untuk para guru merupakan salah satu kegiatan yang positif yang dipandang perlu diikuti para guru dalam meningkatkan kompetensi dan peran guru dalam melaksanakan program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan.
2.       Program bimbingan dapat diimplementasikan melalui program pendampingan dan pelaksanaannya terintegrasi dengan program pembelajaran berbasis sumber daya teknologi pendidikan.  
3.       Pengembangan skenario program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan yang dikembangkan berdasarkan temuan hasil penelitian dan kajian konseptual tentang bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan perlu memperhatikan karakteristik perkembangan dan belajar anak.

B. Saran
  1. Implementasi Program Bimbingan dalam Pembelajaran di TK Berbasis Sumber Daya Teknologi Pendidikan.Guru sebaiknya memperhatikan memperhatikan prioritas pemberian layanan bimbingan yang dapat diintergrasikan dengan proses pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan yaitu memilih dan merancang tema pembelajaran serta menggunakan strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi terintegrasinya bimbingan dengan pembelajaran di TK.

  1. Pelatihan Program Bimbingan dalam Pembelajaran Berbasis Sumber Daya Teknologi Pendidikan. Untuk para guru TK / PAUD Rekomendasi dalam pelaksanaan program untuk meningkatkan kompetensi / kinerja guru pada program bimbingan dalam pembelajaran di TK berbasis sumber daya teknologi pendidikan. diprioritaskan untuk menghapus praktek perlakuan yang kurang tepat (in-appropriate practice)
Yaitu berupa : pelatihan, workshop, seminar dan lokakarya, penataran dll yang dapat meningkatkan kompetensi guru.
  1. Penyelenggara TK / PAUD
Guru TK/PAUD disarankan untuk lebih meningkatkan kompetensi melalui keikutsertaan dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan PAUD, khususnya TK dan dapat mengintegrasikan layanan bimbingan dalam program pembelajaran yang telah di rancang untuk TK atau lembaga PAUD.




Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta

Beaty, Janice J. (1994). Observing Development of the Young Children. New
York : Mac Millan Publishing Company

Coughlin, Pamela A. et.al. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada
        Anak : 3-5 Tahun. Washington, DC : Children’s Resources International, Inc.

Mariyana, Rita. (2005). Strategi Pengelolaan Lingkungan Belajar di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Santoso, Singgih. (2002). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara
Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo
           
______________. (2001). Buku Latihan SPSS. Statistik Non Parametrik.
Jakarta : Elex Media Komputindo

Solehudin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung :
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung
: Kerjasama Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
dengan PT Remaja Rosdakarya

Yusuf, Syamsu LN. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : Rosdakary

                         . (2006) buku panduan bimbingan di TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar  dan Menengah. Direktorat Pembinaan TK dan SD.












                                      

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DENGAN STRATEGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK-KANAK


NAMA        :  TATIK MARYANA
 NIM            : 090020081
 KELAS       : D. Semester IV, Angkatan 2009


A. PENDAHULUAN
Kreatifitas merupakan suatu ungkapan yang tidak asing lagi di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi anak prasekolah yang selalu berusaha menciptakan sesuatu sesuai dengan fantasinya. Kreatifitas pada anak di taman kanak-kanak di tampilkan dalam berbagai bentuk, midalnya membuat gambar yang di sukainya, bercerita atau bermain peran, seperti berpura-pura jadi Ibu atau Ayah, salah satu kendala dalam mengembangkan kreatifitas adalah sikap orang tua atau guru yang kurang memberi kesempatan bagi perkembangan kreatifitas secara optimal , hal ini disebabkan oleh pandangan-pandangan yang sempit dalam arti bahwa anak harus menurut apa yang dikatakan oleh orang tua atau guru. Dengan kata lain, anak tidak boleh berpikir secara divergen atau berpikir berbeda dari orang lain. Tindakan ini merupakan salah satu contoh dari tindakan yang keliru. kreatifitas anak akan muncul apabila anak diberi kesempatan untuk berpikir secara divergen, melakukan berbagai penyelidikan dan melibatkan diri dalam berbagai tantangan secara nyata dengan kemampuannya.
Sejarah Bermain
Seiring berkembangnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan meningkatnya perhatian terhadap perkembangan anak maka orang semakin menyadari pentingnya bermain. Tokoh yang mengawali anggapan pentingnya bermain adalah Plato seorang filusuf yang berasal dari Yunani. Menurut Plato membagikan Apel kepada anak-anak akan memudahkan mereka belajar aritmatika, sedang pemberian mainan berupa miniatur balok-balok akan mengajarkan anak akan ilmu bangunan.
Aristoteles merupakan filusuf lain yang berpendapat bahwa anak-anak perlu diberi dorongan untuk bermain yang tentunya disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangannya. Jadi sejarah awal perkembangan anak dikondisikan pada bidang sesuai dengan minatnya, sehingga akan semakin meningkat pengetahuannya akan bidang yang dia tekuni kelak.
Berdasarkan pengalamannya sebagai guru Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka. Sebagaimana Plato dan Aristoteles, Frobel menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain juga berfungsi sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga seseorang setelah lelah bekerja dan dihinggapi rasa jenuh.
Ada 2 teori tentang bermain yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik mengenai bermain muncul sebelum perang dunia I dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu:
Teori Surplus Energi dan teori Rekreasi.
 Teori Surplus Energi diajukan oleh Fredrich Schiller seorang penyair berkebangsaan Jerman pada abad ke 18, dan Herbert Spencer seorang ahli filusuf Inggris dari abad ke 19. menurut Spencer kegiatan bermain seperti berlari, melompat, bergulingan yang menjadi ciri khas kegiatan anak kecil dan pada anak binatang punya tujuan yang berbeda. Pada manusia serta binatang dengan tingkat evaluasi tinggi, bermain terjadi akibat energi yang berlebihan sedangkan pada binatang yang mempunyai tingkat evolusi yang lebih rendah misalnya serangga, kata, energi tubuh lebih dimanfaatkan untuk mempertahankan hidup karena mereka memiliki keterampilan dsangat terbatas sehingga harus banyak menguras tenaga untuk mempertahankan hidup.
Energi berlebih ini diasumsikan sebagai air yang akan menekan kesemua arah untuk mencari penyaluran. Tekan akan lebih kuat dan butuh penyaluran yang lebih banyak bila volume air sudah melebihi daya tampungnya. Pada era tersebut teori surplus energi mempunyai pengaruh besar terhadap psikologi, namun teorinya dirasakan kurang tepat dan mendapat banyak sanggahan. Sebagai contoh, bagi yang sudah sering kali tetap ingin bermain dengan mainanannya sampai ia tertidur, atau seorang anak yang sudah kecapaian beraktivitas kembali bersemangat jika di ajak bermain. Contoh tersebut memberi gambaran bahwa bermain bukan karena surplus energi tetapi merupakan suatu insentif.
 Teori Rekereasi berlawanan dengan teori Surplus Energi karena tujuan bermain adalah untu memulihkan energi yang sudah terkuras setelah bekerja. Menurut moritz Lazarus seorang penyair jerman, kegiatan bekerja dan beraktifitas menyebabkan berkurangnya tenaga, tenaga ini dapat dipulihkan kembali dengan cara tidur atau terlibat dalam kegiatan yang sangat berbeda dengan bekerja. Salah satu aktivitas yang berbeda dan dapat memulihkan tenaga tubuh dengan bermain. Teori ini memang dapat menjelaskan aktivitas Rekreatif yang dilakukan orang dewasa, semisal main bola atau main game sebagai selingan setelah bekerja keras.

Teori Rekapitulasi dan Teori Praktis.
Teori Rekapitulasi di ajukan G.Stanley Hall, yang menjelaskan secara lebih terperinci mengenai tahapan kegiatan bermain urutan ini sebagaimana urutan dalam evolusi mahluk hidup, misalnya anak suka memanjat pohon dan berayun sebagai cerminan kebiasaan monyet, atau anak suka bermain air karena berkaitan dengan kegiatan leluhurnya yang berasal dari spesies ikan yang hidup di dalam air meski mempunyai kelemahan, tetapi teori ini berperan besar mendorong minat ilmuwan lain untuk mempelajari perilaku anak dalam berbagai tahapan usia.
Sementara itu teori Praktis di ajukan oleh Karl Gros seorang filusuf Jerman yang meyakini bahwa bermain mempunyai fungsi dan manfaat untuk memperkuat insting yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang, baik dapat memp[ertahankan hidupnya kelak dikemudian hari karena memiliki kretivitas yang didapatnya melalui bermain. Bermain bermanfaat bagi mahluk yang masih mudah untuk melatih dan menyempurnakan instingnya, jadi tujuan bermain adalah sebagai sarana latihan dan meningkatkan kreativitas yang diperlukan ketika sudah dewasa nanti.
Untuk menemukan solusi yang tepat dan lebih berwawasan akademik, penulis perlu melakukan kajian tentang peningkatan kreativitas dan perkembangan kognitif dengan strategi kognitif dalam pembelajaran di taman kanak-kanak
Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi orang tua dan guru taman kanak-kanak untuk meningkatkan kreativitas dan pengembangan kognitif dengan strategi kognitif dalam pembelajaran di tanam kanak-kanak yang berprinsip pada bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.


B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sudut pandang tersebut akan mempengaruhi arti kreativitas .
Beberapa definisi kreativitas dirumuskan berdasarkan sudut pandang yang ditetukan pada kepribadian sementara pandangan lain mendefinisikan kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Selanjutnya beberapa definisi lainnya lagi di dasarkan pada kontrol yang dilakukan manusia terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya seperti tekanan terhadap akan terjadinya suatu kemunduran akan regresi.
a. Kreativitas Sebagai Aspek Kepribadian.
Pandangan ini mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu aspek kepribadian yang berkaitan dengan aktualisasi diri menurut pandangan tersebut setiap individu sejak dilahirkan telah memiliki potensi untuk menjadi kreatif.
Perkembangan potensi kreativitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan di sekitar individu tersebut. Apabila lingkungan yang mengelilingi individu memberi kesempatan baginya untuk mewujudkan potensinya yang telah dimilkikinya sejak lahir maka potensi ini akan terwujud dalam berbagai kegiatan, misalnya, melukis, musik dan karya-karya lainnya.

b. Kreativitas adalah Kemampuan Mental.
Tokoh teori Psikometrik seperti J.P. Gulford dan E.Paul Torrance menekankan kemampuan mental dalam mengolah informasi yang menjadi dasar bagi terjadinya proses kreatif. Cara kerja kedua ahli tersebut mengikuti cara kerja yang dipakai dalam pendekatan psikometrik yaitu penentuan kekreatifan seseorang atau ketidak kreatifan seseorang berdasar hasil tes kreativitas yang dijalaninya.
c. Kreativitas Sebagai Hasil Proses Kerja Belahan Otak.
Teori belahan otak (Theory of Hemispheric Specialization) merupakan teori yang berangkat dari hasil kajian tentang fungsi-fungsi belahan otak (Hemisfer), baik belahan otak bagian kiri maupun belahan otak sebelah kanan, yang berfungsi secara khusus dalam memproses informasi-informasi yang diterima oleh otak tersebut (Mc Collum and Glynn, 1979).
 Belahan otak bagian kiri berfungsi untuk memproses informasi-informasi yang berkaitan dengan verbal dan menghendaki proses berpikir secara analitis, abstrak, logis dan operasi (kegiatan/ prosedur) yang mengandung urutan serta mengatur kegiatan tubuh dibagian kanan.
 Belahan otak bagian kanan berfungsi memproses informasi-informasi yang bersifat nonverbal dan menghendaki penggunaan proses berpikir secara holistik, intuitif, dan imajinatif serta mengontrol kegiatan tubuh bagian kiri. Hasil kerja belahan bagian kanan diantaranya adalah kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang baru misalnya musik dengan warna baru atau karya tulis dengan aliran baru.
Pada hakekatnya kedua belahan otak ini dalam memproses informai-informasi yang diterima oleh otak saling bekerjasama karena kedua belahan otak ini berhubungan melalui syaraf-syaraf yang terdapat dalam corpuss callosum. Perbedaan fungsi otak sebelah kiri dan kanan adalah cara-cara yang digunakan dalam mengolah dan menyelesaikan tugas-tugas yang harusdilakukan oleh kedua fungsi otak tersebut.

Bertitik tolak dari fungsi khusus dari belahan otak tersebut maka seseorang yang kreatif menggunakan kegiatan otak dibagian kanan secara lebih dominan dari belahan otak bagian kiri. Sebaliknya individu yang berpikir secara logis dan rasional menggunakan fungsi otak bagian kiri secara lebih dominan apabila dibandingkan dengan belahan otak bagian kanan.
Bertitik tolak dari pengertian kreativitas yang telah dijelaskan tersebut maka dapat diidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas.
a. Aspek kemampuan kognitif/ daya pikir, merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara Divergen, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
b. Aspek Intuisi dan Imajinasi yaitu, kreativitas yang berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh sebab itu intuisi dan imajinasi merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.
c. Aspek Penginderaan adalah kreativitas yang dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan yaitu kemampuan menggunakan panca indera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan ini menyebabkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan orang lain.
d. Aspek Kecerdasan Emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan kreativitas.
 Prinsip-prinsip pengembangan kreativitas.
a) Keterbukaan terhadap berbagai pengalaman, yang disertai dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian.
b) Kepuasan diri seseorang terhadap apa yang dilakukannya dan tidak tergantung pada kritik yang diberikan oleh orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkannya.
c) Kemampuan dalam menggabungkan semua konsep dan elemen-elemen secara berarti sehingga menghasilkan suatu ide atau karya tertentu.
d) Ketiga prinsip tersebut diatas dapat dilakukan apabila prasyarat-prasyarat dibawah ini terpenuhi:
 Kemampuan untuk menerima keunikan individu sebagai sesuatu yang mengandung arti.
 Kebebasan dalam mengekspresikan perasaan atau pikiran.
 Kesediaan untuk menerima cara pandang orang lain.
 Kemampuan untuk tidak tergantung pada hasil evaluasi orang lain terhadap pengungkapan perasaan dan pikiran. Misalnya keteguhan hati dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
e) Kreativitas adalah suatu proses yang terjadi dalam tiga tahap :
 Tahap 1, yaitu persiapan yaitu pengumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipecahkan.
 Tahap 2 yaitu penyelidikan dan temuan, yang terdiri dari 3 fase yaitu:
• Fase pematangan informasi-informasi yang telah terkumpul, kegiatan ini berkaitan dengan saha memahami katerkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dalam rangka pemecahan masalah.
• Fase iluminasi yaitu penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk pemecahan masalah.
o Fase Verifikasi yaitu kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengevaluasi apakah langkah-langkah yang akan digunakan pemecahan masalah akan memberikan hasil yang sesuai.
 Tahap 3, yaitu pelibatan diri terhadap berbagai tantangan secara nyata yang mendorong munculnya kreativitas. Kreativitas ini diwujudkan kedalam bentuk karya nyata atau prakarsa.karakteristik individu yang kreatif dapat dilihat dari 4 kemamp[uan yang ditampilkan yaitu:
o Kelancaran Yaitu, kemampuan dalam mengemukakan ide-ide dan pokok-pokok pikiran secara lancar dengan bahas yang jelas.
o Fleksibilitas atau kel;enturan yaitu, kemampuan menghasilkan berbagai alternatif yang dapat memenuhi prasyarat tertentu. Misalnya kemampuan untuk merumuskan berbagai alternatif judul suatu cerita.
o Keaslian yaitu, ide dan pokok-pokok pikiran atau karya yang dihasilkan adalah asli ciptaan sendiri dan bukan meniru orang lain.
o Elaborasi yaitu, kemampuan untuk mengembangkan dan memperluas suatu ide atau pokok-pokok pikiran serta karya yang dikemukakan.
2. Perkembangan Kognitif dalam bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain .
Sementara teori modern tentang mafaat bermain antara lain:
a. Teori Psikoanalisa, yang dikembangkan oleh Sigmund Freud yang memandang bahwa bermain sama seperti fantasi atau lamunan, sehingga seseorang dapat melukiskan harapan-harapan maupun konflik pribadi. Dengan bermain, seorang anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif, termasuk pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga timbul perasaan lega, dengan bermain anak dapat juga mengeluarkan harapan-harapan yang tidak terwujud dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, setelah mendapat tamparan dari orang yang lebih tua, seorang anak dapat menyalurkan kemarahannya dengan bermain pura-pura memukul boneka. Pandangan ini memberi ilham para ahli lmu jiwa untuk menggunakan metode bermain sebagai alat diagnosa terhadap masalah anak.
b. Teori Kognitif.
Para tokoh yang mendukung teori kognitif antara lain Jean Piaget, Lev Vygotsky, Jeremi Bruner, Sutton Smith serta Singer, masing-masing memberikan pandangannya mengenai bermain.
Menurut Piaget, anak mengalami tahap perkembangan kognitif sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang dewasa. Ini dalah proses yang terperinci mengenai perkembangan Intelektual anak. Bahwa saat bermain, seorang anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka mempraktekkan dan mengonsolidasi keterampilan yang baru diperoleh. Contoh: pada saat bermain peran yang dilakukan seorang anak bersama teman-temannya, terjadi beberapatrnsformasi simbolik seperti pura-pura menggunakan batu sebagai telur. Dari permainan, anak tidak belajar keterampilan baru, tetapi dia belajar mempraktekkan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya.
Perkembangan bermain juga berhubungan dengan perkembangan kecerdasan seseorang. Seorang anak yang mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata, kegiatan bermainnya juga mengalami keterbelakangan dibandingkan anak lain seusianya.
Vygotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif seorang anak. Menurutnya, anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka anak tidak dapat berpikir tentang kuda tanpa melihat kuda yang sebenarnya, karena meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Jika anak–anak kemudian bisa bermain kuda-kudaan dengan menggunakan pelepah pisang, maka pelepah pisang sebagai pengganti ojek kuda dapat memisahkan makna pelepah pisang sebagai ”kuda” dan objek kuda yang sesungguhnya.
Bruner memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai saran untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas. Dalam bermain, yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. Saat bermain, seorang anak tidak memikirkan sasaran yang akan dicapai sehingga dia mampu mencoba untuk memadukan berbagai perilaku baru. Dalam keadaan tertekan, tidak mungkin hal itu dilakukan. Sekali anak memcoba memadukan perilaku yang baru,dia akan menggunakan pengalaman tersebut untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam kehidupan sebenarnya.
Sementara Smith percaya bahwa transformasi simbolik yang muncul dalam kegiatan dalam kegiatan bermain khayal, misalnya: pura-puramenggunakan batu sebagai telur, memudahkan transformasi simbolik kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibilitasmental mereka. Smith juga berteori bahwa bermain merupakan adptive variability, bahwa variabilitas bermain memegang faktor kunci dalam perkembangan manusia. Hasil penelitian dalam bidang neurologi menunjukkan bahwa potensi adaptif ini terbentuk dalam perkembangan otak manusia yang berlangsung pada usia dini dapat membantu aktualisasi potensi otak karena menyimpan lebih banyak veriabilitas yang secara potensial sudah ada di dalam otak.
Menurut Singer, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan, baik dari dunia luar maupun dari dalam, yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Laju stimulasi dari luar dandari dalam semakin optimal, jika keadaan emosi menyenangkan dan itu diperoleh saat anak sedang bermain. Bermain membuat anak tidak ’bengong’ karena terlalu banyak stimulasi atau bosan karena kurangnya stimulus.
Perkembangan bermain yang mencerminkan tingkat perkembangan kognitif anak pada AUD, pendapat ini dikemukakan oleh Jean Piaget.
a. Sensory Motor Play (± 3-4 bulan hingga 1-2 tahun)
Sebelum anak usia Dini berusia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikategorikan sebagai bermain namun merupakan cikal bakal kegiatan bermain pada tahap perkembangan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kenikmatan yang diperolehny, dan hanya hal-hal yang sebelumnya pernah dilakukan.
Pada usia 3-4 bulan, kegiatan anak lebih terkoordinasi. Seorang anak akanbelajar dari pengalamannyadan hal itu akan diulangnya berkali-kali karena menimbulkan rasa senang. Pada usia 7-11 bulan kegiatan anak bukan lagi berupa pengulangan, namun sudah disertai dengan variasi. Sedang pada usia 18 bulan anak memvariasikan tindakannya terhadap berbagai alat permainan.

b. Simbolik atau Make-Belive Play (± 2-7 tahun).
Antara usia 2-7 tahun anak mulai bermain khayal dan bermain pura-pura.pada masa ini anak juga lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan d konsep angka, ruang, kuantitas, dan sebagainya. Sering kali anak. Sekadar bertanya, tidak terlalu memedulikan jawaban, bahkan walau sudah dijawab, anak masih terus bertanya.
Pada usia anak juga sudah mulai menggunakan berbagai benda sebagai simbol. Misalnya menganggap daun sebagai uang, kadang-kadang berbicara atau pura-pura memberi makan atau minum pada bonekanya. Kegiatanb simbolik merupakan latihan berpikir dan mengarahkan anak untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, dan dalam Perkembangannya akan semakin mendekati kenyataan.

3. Definisi Strategi Kognitif.
Strategi kognitif (Gagne, 1974) adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Bell gredler (1986), menyebutkan strategi kognisi sebagai suatu proses berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang.
Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola belajarnya, ketika mengingat-ingat dan berfikir, ia juga merupakan proses pengendali atau pengatur pelaksana tindakan. Gegne dan Briggs (1974) menyatakan suatu contoh strategi kognisi ialah proses inferensi atau induksi. Pengalaman dengan obyek-obyek atau kejadian-kejadian, dan seseorang berusaha memperoleh penjelasan mengenai suatu gejala tertentu yang menghasilkan induksi. Obyek strategi kognitif ialah proses berfikir siswa sendiri.
Strategi kognitif lahir berdasarkan paradigma konstruktivisme, teori meta cognition. Konstruktivisme dikembangkan luas oleh Jean Piaget, ia dikenal seorang psikolog, pada akhirnya lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean Piaget adalah perkembangan fikiran secara alami dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget untuk memahami teori ini kita harus paham tentang asumsi-asumsi biologi maupun implikasi asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan.
Paradigma konstruktivisme oleh Jeans Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif , disebut teori meta cognition. Meta cognition merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya, Preisseisen (1985). Menurut Preisseien meta cognition meliputi empat jenis ketrampilan, yaitu:
• Ketrampilan Pemecahan masalah (Problem Solving) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternative pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.
• Ketrampilan Pengambilan Keputusan (Decision making), yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proes berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alas an-alasan yang rasional.
• Ketrampilan Berfikir Kritis (Critical thinking) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yaitu menganalisa argument dan memberikan interprestasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argument, dan interprestasi logis.
• Ketrampilan berfikir Kreatif (creative thinking) yaitu:Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
Ketrampilan-ketrampilan diatas ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya, dan sukar untuk membedakannya, karena ketrampilan-ketrampilan tersebut terintegrasi.
Paradigma konstruktivisme dan teori meta cognition melahirkan prinsip Reflection in Action . Schon (1982), yaitu prinsip refleksi dari pengalaman praktisi professional dalam pemecahan masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan masalah baru, praktisi-praktisi ini dikenal dengan nama lain Reflective Practioners. Proses reflections in actions merupakan gambaran tentang proses belajar. Bragar dan Johnson (1993) menyebutkan bahwa seseorang belajar melalui aktivitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian mengkaji ulang dari pekerjan yang telah dilakukan.Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in action.
Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa proses belajar diawali dari pengalaman nyata yang diamati oleh seseorang. Pengalaman tersebut direfleksi secara individual.

4. Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.
Pembelajaran di taman kanak-kanak terdapat beberapa prinsi pendekatan diantaranya adalah prinsip Bermain Sambil Belajar dan Belajar Seraya Bermain.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain oleh sebab itu pembelajaran di taman kanak-kanak hendaknya tidak terlepas dari permainan. Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Penggunaan metode bermain juga disesuaikan dengan perkembangan anak dimulai dari bermain sambil belajar disesuaiakan dengan perkembangan anak dimulai dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar ) ke belajar seraya bermain (unsur belajar lebih besar). Permainan yang dipakai di TK adalah permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan (buku pedoman pembelajaran di TK / RA, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2004).
Aspek penting dalam bermain di TK, anak TK ditinjau dari segi perkembangan kognitifnya berada dalam fase pra oprasional. Pada fase ini anak telah dapat memikirkan suatu objek atau peristiwa secara mental. Hal ini berarti bahwa walaupun suatu objek atau peristiwa tersebut tidak terjadi secara nyata dihadapan anak, akan tetapi anak dapat membayangkan objek dan peristiwa tersebut didalam pikirannya, kemampuan tersebut disebut dengan kemampuan berpikir simbolik. Sejalan dengan kemampuan berpikir simbolik ini maka dalam bermain anak menggunakan fantasinya. Hal ini dapat dilihat pada waktu anak melakukan aktifitas bermain. Dalam bermain anak dapat menciptakan suatu suasana yang diinginkannya misalnya, bermain dokter-dokteran, bermain sebagai ibu atau ayah dan anak.
Kesempatan bermain sangat terkait dengan keadaan lingkungan anak. Lingkungan yang kurang memiliki fasilitas bermain akan menyebabkan gerakan bermain bagi anak menjadi terbatas. Keadaan ini membuat anak tidak dapat dengan leluasa menyalurkan keinginan dan aktifitas bermainnya. Oleh sebab itu agar anak dapat bermain dengan leluasa, maka perlu disediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktifitas bermain anak,seperti adanya sudut bermain drama dan tersedianya lapangan bermain yang memadai bagi anak. Sejalan dengan fase-fase perkembangan anak maka bermain memiliki nilai yang sangat penting bagi anak. Kegiatan bermain akan dapat meningkatkan kemampuan koginit, kemampuan koordinasi gerakan-gerakan motorik, kemampuan psikososial dan kemampuan bahasa apabila:
1. Kegiatan bermain hendaknya dapat menyalurkan keinginan dan aktifitas bermain anak sesuai dengan fase-fase perkembangannya.
2. penyediaan sarana dan prasarana bermain hendaknya aman dan tidak membahayakan anak.


Jenis bermain untuk pengembangan kognitif. Aktifitas bermain ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Keterlibatan kognitif dalam kegiatan bermain ini bergerak dari pelibatan kemampuan kognitif secara sederhana kepada kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
Sejalan dengan perkembangan kognitifnya anak melalui permainan konstruktif, kegiatan bermain diantaranya dilakukan anak dengan jalan menysun balok-balok kecil menjadi suatu bangunan seperti rumah, menara, dan sebagainya. Disamping itu dalam kegiatan bermain ini anak melatih gerakan motorik halus. Hal ini terlihat pada waktu ia menggunakan jari-jarinya untuk menyusun balok-balok agar tidak jatuh. Pada waktu yang bersamaan anak juga mengoperasikan kemampuan kognitifnya untuk memikirkan agar baloknya tidak jatuh, dan memilih balok-balok yang tepat untuk dijadikan bangunan seperti yang diinginkanya. Aktifitas bermain ini terutama dilakukan oleh anak usia 3-5 tahun.
5. Implikasi Bermain Bagi Proses Pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa bermain merupakan sarana perkembangan kognitif, koordinasi gerakan motorik, bahasa, dan psikososisal. Oleh sebab itu kegiatan belajar di TK hendaknya memanfaatkan kegiatan bermain anak secara efektif. Melalui kegiatan bermain proses belajar dapat dilakukan, oleh sebab itu guru perlu meningkatkan inisiatifnya dalam menciptakan berbagai bentuk permainan. Khususnya permainan yang dapat dijadikan sarana belajar bagi anak TK. Kegiatan bermain merupakan sarana bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Kegiatan belajar ini dilakukan anak secara tidak sadar dan sangat menyenangkan. Hal ini disebabkan kegiatan bermain adalah kegiatan utama bagi anak di TK, oleh sebab itu melalui kegiatan bermain dapat dilakukan berbagai bentuk kegiatan belajar. Kegiatan belajar dan bermain ini dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru melalui kegiatan ini berbagai kemampuan yang dimiliki anak dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya seperti kemampuan kognitif, koordinasi motorik, psikososial, dan bahasa serta komunikasi. Kegiatan melalui permainan ini dapat direncanakan oleh guru, salah satu kegiatan belajar melalui kegiatan bermain ialah permainan simbolik. Permainan ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak yang berada dalam fase pra operasional. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mencipcitakan kondisi-kondisi yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, seperti yang diuraikan dibawah ini:
a. permainan simbolik yang dilakukan anak merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan kreativitas anak , oleh sebab itu di TK merupakan suatu keharusan untuk menyediakan sudut bermain yang dapat digunakan anak melalui berbagai fantasi atau berimajinasi, seperti yang diinginkannya.
Fantasi atau imajinasi yang ditampilkan anak dalam melakukan aktifitas bermainnya merupakan wujud dari kreativitas anak tersebut.
b. Memperlihatkan pada anak bahwa fantasi yang ditampilkannya memiliki nilai tertentu.
c. Meminta anak untuk menceritakan tentang fantasinya. Misalnya menanyakan apa yang digambar anak, mengapa ia menggambarnya dan beri kesempatan pada anak untuk menceritakan fantasinya yang dituangkan melalui gambar atau kegiatan yang lain. Kegiatan ini dilakukan guru memberikan kesempatan untuk menumbuh kembangkan pengungkapan ide dan pemikiran anak secara lancar sesuai dengan karakteristik kreativitas yaitu kelancaran.
d. Hindari memberikan contoh atau mengarahkan pemikiran anak. Biarkan anak menemukan sendiri kegiatan dan cara-cara melakukan kegiatan yang dipilihnya sendiri. Selama hal tersebut tidak membahayakan anak, tindakan ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan karakteristik kreativitas yang lainnya yaitu orsinilitas dan fleksibilitas.




C. PENUTUP
Kreativitas merupakan aktualisasi dari keterpaduan antara berbagai kemampuan yang dimiliki individu. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan kognitif, kemampuan koordinasi geraka-gerakan motorik kasar dan halus, kemampuan dalam mengendalikan emosi, dan kemampuan bahasa / komunikasi.
Kreativitas dan perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang terdiri dari tiga tahap:
 Tahap pertama ditekankan pada kegiatan melakukan pemanasan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan kemampuan berfikir secara divergen .
 Tahap kedua adalah penyelidikan yang dilakukan dalam bentuk (1) pengamatan atau observasi (2) pengumpulan fakta dan informasi yang diperlukan. Ini dilakukan dengan mengajukan berbagai permasalahan dan kemungkinan jawaban atau hipotesis dari masalah tersebut. (3) menguji kebenaran hipotesis yang diajukan sehingga mendapatkan temuan-temuan. Kegiatan ini adalah perwujudan dari proses berfikir secara analitis, sintetis, dan evaluatif.
 Tahap ketiga adalah pelibatan dalam tantangan secara nyata. Aktivitas ini dapat dilihat dari hasil karya dan prakarsa yang dihasilkan. Kreativitas dapat dikembangkan sejak dini. Di taman kanak-kanak hal tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan bermain.
Kreativitas dan perkembangan kognitif pada hakekatnya dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan pembelajaran utamanya dengan menggunakan strategi kognitif. Oleh sebab itu guru taman kanak-kanak perlu memikirkan cara-cara yang dapat dilakukannya dalam rangka pengembangan kreativitas dan perkembangan kognitif anak di TK.





DAFTAR PUSTAKA

 Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK / RA. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2004.
 Pedoman Pembelajaran TK / RA, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2004
 A. Martuti , Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk.
 Pengurus Pusat IGTKI-PGRI, GTZ –TK, Modal Pengayaan untuk Guru TK, Jakarta 2001
 Benny Pribadi 2009, Model Disain Sistem Pembelajaran, Jakarta,-Dian Rakyat.
 Dr. Martini Jamaris. M.SC.ED. ”Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak”
 Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran, Riana Dwi Puspitawati Februari 14, 2008 di download pada tanggal 4 Oktober 2010.










STIMULASI KECERDASAN NATURALIS PADA GURU TAMAN KANAK-KANAK

Tanggal, 19 Juni 2011


TATIK MARYANA
090020081
Kelas D Semester IV


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan alam merupakan literatur yang penting untuk mengembangkan kemampuan anak. Melalui alam anak dapat mengembangkan bermain, berbicara, menggambar, melukis, mendengarkan, menulis dan berbagai nilai dan pengetahuannya (Dyson, dalam Britsch 2001). Anak-anak TK dapat menangkap perubahan alam melalui menggambar, berbicara maupun bahasa tulisnya Britsch (2001). Disamping itu anak melalui alam anak dapat mengembangkan kemampuan dan mengembangkan kemampuan dan keseimbangan motoriknya dengan cara bermain dilapangan terbuka (Fjortoft,2001). Dengan kemampuan tersebut anak akan tumbuh dan mengembangkan dirinya.
Kemampuan anak untuk berinteraksi dengan alam sering disebut dengan kecerdasan naturalis ini merupakan kemampuan mengenali, mengkategorikan dan berinteraksi dengan hewan atau tumbuhan dan lingkungan sekitar. Kecerdasan juga meliputi kepekaan pada fenomena alam, seperti cuaca, formasi awan dan gunung-gunung. Berbagai kegiatan yang termsduk dalam pengembangan kecerdasan naturalis pada anak antara lain :
1. Mengenali dan mengkategorikan flora dan fauna
a. Mengenalkan contoh-contoh flora dan fauna yang ada di sekeliling sekolah; anak dapat menyebutkan secara bergantian.
b. Bersama-sama dengan anak jalan-jalan disekitar sekolah dengan memperhatikan flora dan fauna yang ada.
c. Menyanyikan lagu yang bertema flora dan fauna
d. Menstimulasi angka untuk menyebutkan flora dan fauna yang diketahui dan menirukan atau menyebutkan sifatnya (gerakan, warna, suara khas).
e. Mengajarkan deklamasi yang bertema alam, flora dan fauna.
f. Guru memperdengarkan beberapa jenis bunyi/ gambar flora dan fauna.
2. memahami ketergantungan lingkungan
a. menjelaskan kegunaan air, udara, dan tanah.
b. Menceritakan dongeng yang bertema pentingnya ”keseimbangan ” dan rasa kasih sayang antara manusia, flora, fauna dan alam.
3. kepekaan pada fenomena alam
a. menstimulasi anak untuk melihat gejala alam yang saat itu terjadi; mendung, terang.
b. Menjelaskan mengapa terjadi perubahan alam, pagi-siang-malam.
c. Mencermati bersama keadaan di luar saat itu; mengenalkan awan, burung, langit.
d. Mengenalkan pemandangan ; gunung, pantai dengan menggunakan alat peraga.
4. sikap menyayangi flora dan fauna
a. Menstimulasi anak untuk menanam tanaman; eksperimen berkebun/ bertanam di pot, aquarium.
b. Mendongeng yang bertemakan pesan moral akan pentingnya menyayangi flora dan fauna.
c. Karya wisata; kebun binatang, taman/ kebun, tempat pemerahan susu sapi, pantai.
Kecerdasan naturalis merupakan bagian dari teori kecerdasan ganda (multiple intelegences) yang dicanangkan oleh Howard Gardner dari Harvard University pada tahun 1996. banyak para pendidik dan pemerhati pendidikan di berbagai belahan bumi menerapkan teori ini. Beberapa kelebihan yang dimiliki teori multiple intelegences menjadikannya ”pilihan” bagi para pendidik dalam menyikapi dan memfasilitasi setiap kecenderungan yang dimiliki anak.
Pusat Studi Anak Usia Dini, lembaga penelitian UNY. Pada tahun 2001 mulai merintis dengan mensosialisasi konsep multiple intellegencies (MI) di kalangan guru pendidikan pra sekolah, dilanjutkan dengan penelitian bersama sejumlah guru TK untuk mengamati anak dengan keragaman perilaku yang menggambarkan kecenderungan potensi salah satu atau beberapa kecerdasannya. Hal ini didukung oleh hasil survey yang dilakukan Ayriza,dkk (2002), yang menunjukkan bahwa 87,1% guru Taman Kanak-kanak di jogyakarta belum memahami konsep multiple intelegences. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa kecerdasan naturalis tampak sedikit sekali terstimulasi dalam program kegiatan sekolah. Ada beberapa hal yang mungkin saja jadi penyebabnya, : pertama, kegiatan belajar yang memang tidak diarahkan untuk mengaktualisasikan kecerdasan tersebut, kedua, adalah kekurang pahaman dan kekurang cermatan para guru dalam menangkap berbagai fenomena alam di lingkungan sekitar, sehingga belum tertuang dalam program kegiatan belajar. Ketiga, sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Anak-anak sering terhalang keinginannya untuk mengamati alam karena dilembaga tersebut tidak menyediakan metode atau kegiatan observasi alam sekitar.
Berbagai kegiatan yang telah terlaksana disekolah kiranya perlu diperkaya dengan mengenalkan kecerdasan naturalis peda guru dan melatih guru untuk menstimulasi kecerdasan naturalis yang sampai saat ini kurang terfasilitasi dalam program kegiatan pendidikan di pra sekolah. Beberapa kegiatan program belajar yang menstimulasi beberapa aspek kecerdasan juga ada yang banyak muncul, namun hal tersebut belum sepenuhnya disadari oleh guru padahal inti dari pendidikan adalah merupakan proses kegiatan yang melibatkan kesadaran penuh bagi pihak yang melakukan.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian tindakan atas Action Research di atas dapat di identifikasikan rumusan masalah sbb:
1. Apakah para guru TK telah memahami adanya kecerdasan ganda untuk mengakomodasikan kecerdasan naturalis dalam program kegiatan pembelajaran.
2. Apakah para guru TK dapat mengaplikasikan stimulasi kecerdasan naturalis dalam kegiatan pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan-batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengakomodasi kecerdasan naturalis dalam program kegiatan pembelajaran melalui pemahaman adanya kecerdasan ganda.
2. Mengaplikasikan stimulasi kecerdasan naturalis dalam kegiatan pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran di TK, terutama pada pembelajaran kecerdasan naturalis yang di anggap penting dan peranannya yang cukup besar dalam hal meningkatkan pemahaman, keaktifan/ response dan kretivitas siswa dalam pembelajaran di TK.
Oleh karena itu guru dapat menerapkan, mengaplikasikan stimulasi kecerdasan naturalis pada semua bidang pengembangan yang ada dengan menyesuaikan kondisi di lingkungan alam sekolah yang ada.


2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran di TK dengan menggunakan stimulasi kecerdasan naturalis, praktis bagi para guru TK yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan pengalaman mengenai pembelajaran yang menggunakan stimulasi kecerdasan naturalis .


BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dikemukakan tinjauan pustaka, tinjauan teori, kerangkan pemikiran dan hipotesis.
 Tinjauan pustaka merupakan uraian sistimatis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu dan ada hubungan dengan penelitian yang akan dilakukannya.
 Tijauan teori ini yang akan dipaparkan adalah stimulasi kecerdasan naturalis pada guru TK dalam pembelajaran di TK.
 Kerangka berpikir berisi konsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang telah dilakukan.

A. Tinjauan Pustaka
Stimulasi artinya rangsangan yang diberikan dalam berbagai bentuk, oleh kaena itu sejak dini anak harus diberikan berbagai ilmu. Mendidik anak usia dini ibarat membentuk ukiran di batu yang tidak akan mudah hilang, bahkan akan membekas selamanya. Artinya Pendidikan Anak Usia Dini akan sangat membekas hingga anak dewasa dan menjadi dasar pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan Pendidikan Anak Usia Dini ini sangat berperan besar bagi keberhasilan anak dimasa-masa selanjutnya.
Kecerdasan naturalis merupakan bagian dari teori kecerdasan ganda (multiple intellegencies) yang dicanangkan oleh Howard Gardner dari Harvard University pada tahun 1996. kemampuan anak untuk berinteraksi dengan alam sering disebut dengan kecerdasan naturalis. Kecerdasan naturalis ini merupakan kemampuan mengenali, mengkategorikan dan berinteraksi dengan hewan atau tumbuhan dan lingkungan sekitar,serta kepekaan pada fenomena alam seperti cuaca, formasi awan dan gunung-gunung.
Guru TK termasuk pendidik Anak Usia Dini adalah profesional yang butuh merencanakan, melaksanakan proses pembelajarandan memiliki hasil pembelajaran serta melakukan pembelajaran, pengasuh dan melindungi anak didik, peranan Diknas RI th 2009 tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini

B. Tinjauan Pustaka
Informasi tentang kemajuan dan hasil belajar dalam penguasaan kompetensi yang diperoleh dengan melakukan penilaian . penilaian atau evaluasi adalah untuk suatu proses membuat keputusan yang digunakan untuk menentukan kualitas atau nilai sebuah unjuk kerja/ perbuatan, hasil proses atau aktivitas (Robert L. Ebel & David A. Forisbie, 1986 ; 29) H.Erman (2003 ; 1) menjelaskan bahwa evaluasi disebut juga asesmen (asesment) yaitu suatu proses untuk menentukan efisiensi dan efektifitas kegiatan pembelajaran.
Evaluasi selama pembelajaran berlangsung disebut evaluasi proses dan evaluasi setelah pembelajaran disebut evaluasi produk. Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu terhadap seluruh aktivitas siswa dan juga guru. Evaluasi dapat juga berfungsi bagi guru dan siswa, sebagai perbaikan sajian / cara mengajar bagi guru dan perbaikan cara belajar bagi siswa.

C. Kerangka Berpikir
Salah satu orientasi penilaian di TK adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran (pedoman penilaian TK, 2004).
 Tinjauan penilaian di TK adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti pendidikan.

 Fungsi penilaian di TK
1) Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap anak didik agar fisik maupun psikisnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
3) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
4) Memberikan informasi kepada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah.
5) Sebagai informsai bagi orang tua untuk melakasanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan upaya sekolah.
6) Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan selajutnya terhadap anak didik.
 Ruang lingkup penilaian
1) Bidang pengembangan pembiasaan meliputi nilai-nilai agama, moral, sosial-emosional dan kemandirian.
2) Bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan bahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni.
 Prinsip-prinsip penilaian
1) Sistematis
Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram dengan baik.
2) Menyeluruh
Penilaian mencakup semua aspek perkembangan anak baik moral dan nilai-nilai agama, sosia-emosional, kemandirian, kognitif, fisik motorik, seni dan bahasa.
3) Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
4) Obyektif
Penilaian dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan sebagaimana adanya.
5) Mendidik
Proses dan hasil penilaiandapat dijadikan dasar untuk memotovasi, mengembangakan dan membina anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
6) Kebermaknaan
Hasil penilaian harus bermanfaat bagi guru, orang tua, anak didik dan pihak lain.
 Alat dan cara penilaian
1) Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data/ informasi melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar obervasi lebih terarah maka diperlukan pedoman obervasi yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan. Contoh pedoman obervasi diberikan di lampiran.
2) Catatan anekdot (anecdotal record)
Catatan anekdot adalah catatan tentang sikap dan perilaku anak secara khusus (peristiwa yang terjadi secara insidental/ tiba-tiba).
3) Percakapan
Percakapan adalah cara penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap antara anak didik dengan guru baik didalam kelas maupun diluar kelas.

4) Penugasan
Penugasan merupakan cara penilaian berupa pemberian tugas yang harus dikerjakan anak didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
5) Unjuk kerja
Unjuk kerja merupakan penilaian yang menuntut anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalnya praktek menyanyi, olah raga, memeperagakan sesuatu.
6) Hasil karya
Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan atau karya seni.

 Catatan:
Data penialaian dengan berbagai alat dan cara tersebut diatas dikumpulkan dan didokumentasikan dalam bentuk portofolio. Berdasarkan data tersebut guru melakukan analisis untuk memperoleh kesimpulan tentang gambaran akhir perkembangan anak berdasarkan semua indikator yang telah ditetapkan setiap semester.

D. Hipotesis
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut maka dapat di rumuskan hipotesis sbb :”stimulasi kecerdasan naturalis pada guru TK”.





BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana guru sebagai peneliti, sehingga dipilihnya lembaga TK, pad penelitian ini dengan alasan karena peneliti adalah guru TK dan maresakan betul adanya masalah dalam pembelajaran di TK dan berusaha memberikan tindakan pemecahannya.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat pemeliharaan
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah Tman Kanak-kanak negeri pembina, TK Nitikan dan TK Sultomi daerah yogyakarta.
2. Waktu pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada semeter II tahun ajaran 2005-2006.

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru pada sekolah yang berasal dari TK pembina, TK Nitikan dan TK Sultomi daerah yogyakarta. Subyek yang di
Pilih ini berdasarkan peneliti terdahulu (Farida Agus Setiowati) dengan maksud melanjutkan hasil penelitian terdahulu.

D. Tehnik Pengumpulan
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Observasi dan catatan lapangan di gunakan untuk mengungkap data secara deskriptif, pelaksanaan tindakan dalam program kegiatan pembelajaran.
Dokumentasi dilakukan untuk mengungkap tingkat penguasaan pengimplementasian konsep multiple intelegences tersebut dalam program kegiatan pembelajaran.

E. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Tehnik ini digunakan dalam rangka menggambarkan tingkat ketepatan pengimplementasian konsep multiple intelegences dalam program kegiatan pembelajaran sesudah pelaksanaan tindakan. Analisis deskriptif kualitatif juga dilakukan untuk menggambarkan bagaimanakah pelaksanaan tindakan dilakukan dikelas.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan menjaga validitas isi, berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan 2 situs yaitu mengkaji latar atau setting stimulasi dengan kecerdasan naturalis.

G. Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terjadi dari berbagai sumber yaitu dari observasi dan wawancara, dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan dan angket. Data kuantitatif dalam bentuk angka sebagai data statistik yang diperoleh dari angket dan nilai PBM dapat di analisis secara deskriptif dalam bentuk prosentase, mean, frekwensi, tabel dan grafik yang menunjukkan kecenderungan tinggi rendahnya stimulasi kecerdasan naturalis guru TK.
Data kualitatif yang berupa kata-kata dan tindakan, menggambarkan aktivitas guru, siswa pandangan siswa dan kemampuan perkembangan anak didik (pembiasaan, berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni) dianalisis dengan menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman, moleong (2005; 307-308) menjelaskan bahwa model analisis data dari miles dan Huberman di daerah pada pandangan paradigmanya yang positivisme yang dilakukan pada penelitian lapangan apakah satu atau lebih dari satu situs. Pada penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan dua situs yaitu mengkaji latar atau setting tinggi rendahnya atimulasi dan kecerdasan naturalis pada guru TK Negeri Pembina, TK nitikan dan TK Sultomi yogyakarta tahun ajaran 2005-2006 semester II.
Kemudian diadakan pemetaan atau deskripsi data ke dalam bentuk matrik. Proses analisis data menggunakann model Miles dan Huberman 1984b ; 21-2 dalam David Hopkins (1993 ; 159) sbb:
a. Mereduksi data : proses menyeleksi, memperhatikan / fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah data mentah ke dalam tulisan atau catatan.
b. Menunjukkan data : menganalisis aktivitas dengan menunjukkan kumpulan informasi, yang memungkinkan dapat menggambarkan kesimpulan dan melakukan tindakan.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi atau pembuktian data, agar kebenaran dapat dipertanggung jawabkan. Validasi data dalam penelitian ini menggunakan trigulasi. Trigulasi (trigulation) merupakan tehnik yang dipopulerkan oleh Jhon Eliot dan Clem Adelman saat mereka bekerja pada Ford Teaching Project (David Hopkins, 1993 : 152), suatu tehnik segitiga yang mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, sehingga diperoleh kesimpulan yang objektif, seperti situasi guru mengajar dan belajar siswa dimonitoring dengan catatan lapangan hasil analisis dokumen, catatan lapangan hasil observasi dengan catatan lapangan hasil wawancara. Ketiga pendapat dipertimbangkan sebagai masukan sehingga diperoleh data yang relevan dengan situasi mengajar. Interpretasi atau penafsiran data dilakukan dengan cara mengaplikasikan teori yang dianut dalam kerangka berpikir pada penelitian ini dengan praktek sehari-hari atau dengan penilaian guru. Tindakan selanjutnya adalah melakukan pengembangan perbaikan pembelajaran yang dimonitor dengan tehnik-tehnik dalam PTK.

H. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara umum guru TK Negeri Pembina, TK Nitikan dan TK Sultoni telah memakai konsep tentang kecerdasan naturalis, hal ini tampak dari rencana kegiatan mengajar yang dibuat guru sebelum memberi pembelajaran pada anak didik. Guru juga secara umum sudah mengimplikasikan konsep kecerdasan naturalis ini dalam kegiatan pembelajaran bentuk-bentuk stimulasi terhadap beberapa aspek kecerdasan naturalis yang sudah di stimulasi guru pada masing-masing TK tempat penelitian dilaksanakan dapat diterangkan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Bentuk stimulasi kecerdasan naturalis pada TK TK Nitikan dan TK Sultoni.

No
Bentuk Stimulasi guru
TK
Pembina
TK ABA
Nitikan
TK
Sultoni
1
Mengamati benda hidup dilingkungan sekitar
2
Menjelaskan manfaat/kegunaan benda-benda di alam


3
Mengenal binatang

4
Mengenal pohon/tanaman

5
Mengenal macam-macam sayuran

6
Meniru gerak binatang


7
Meniru suara binatang


8
Menyebut sifat binatang

9
Meniru gambar binatang


10
Menyebut ciptaan Tuhan



Dari tabel tersebut diketahui bahwa diantara sepuluh wujud stimulasi, hanya satu wujud yang digunakan di ketiga TK. Yakni mengamati benda hidup atau alam sekitar. Stimulasi yang lain bahkan hanya digunakan di suatu TK, yakni menyebut benda-benda alam, menjelaskan manfaat benda alam, menjelaskan banda alam, meniru suara binatang, meniru gambar binatang. Kecuali menjelaskan manfaat benda alam, stimulasi naturalis umumnya munsul dalam wujud pengenalan dan imitasi, baik dalam wujud gerak, bunti, maupun bgambar.
Bentuk stimulasi naturalistik masih berfokus pada flora (tumbuhan, sayuran, pohon) dan fauna (mengenal binatang, menirukan gerak, suara, menyebut sifat/ciri dan menggambarkannya) TK ABA nitikan terlihat relatif lebih aktif menstimulasi kecerdasan ini, yakni delapan benmtuk. TK Sulthoni hanya memunculkan tiga bentuk dan TK pembina memunculkan enam bentuk. Wujud stimulasi berupa pemanfaatan flora untuk materi yang mendukung stimulasi kecerdasan yang lain belum muncul.
Berdasarkan stimulasi yang diberikan oleh guru menunjukkan bahwa siswa tampak senang dan bersemangat mengikuti kegiatan yang mengembangkan kegiatan naturalis. Kegiatan yang mengembangkan kecerdasan naturalis ini dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Kegiatan yang dilakukan dikelas antara : menyebut ciptaan Tuhan, mengenal binatang, mengenal pohon/tanaman, mengenal macam-macam sayuran, meniru gerak binatang, meniru suara binatang, menyebut sifat binatang, menggambar binatang, menjelaskan manfaat/kegunaan benda-benda di alam. Sedangkan kegiatan yang dilakukan diluar adalah mengamati benda hidup/ lingkungan sekitar, menyebut ciptaan Tuhan, mengenal binatang, mengenal pohon/tanaman, mengenal macam-macam sayuran, meniru gerak binatang, meniru suara binatang, menyebut sifat binatang, menggambar binatang, menjelaskan manfaat/kegunaan benda-benda di alam.
Pada saat kegiatan dilakukan diluar kelas menunjukkan bahwa anak-anak tampak lebih semangat dibandingkan kegiatan didalam kelas. Anak-anak menunjukkan rasa senang karena dapat melihat berbagai binatang, tumbuhan ataupun benda lain secara langsung. Anak-anak juga tampak lebih aktif dengan memberi berbagai pertanyaan pada guru apabila mereka menemukan berbagai benda, baik benda hidup atau benda mati yang belum diketahui. Meskipun kegiatan diluar kelas memunculkan semangat, rasa senanga dan keaktifan pada anak, namun anak-anak juga cenderung mudah untuk beralih perhatian dari stimulasi guru apabila melihat fenomena lain yang lebih menarik.



PENUTUP

Berdasar temuan penelitian ini menunjukkan bahwa upaya guru untuk menstimulasi kecerdasan naturalis sudah muncul. Meskipun demikian upaya tersebut belum secara maksimal dalam memanfaatkan alam sebagai sumber pembelajaran. Misalnya dalam mengenalkan benda-benda di alam selain binatang dan tumbuhan, misalnya : batu-batuan, udara, air, langit, bintang-bintang dsb. Kegiatan yang dilakukan juga terbatas pada taraf untuk mengajak anak mengenali atau memahami sesuatu. Upaya untuk mengembangkan kemampuan berfikir lebih lanjut, seperti membandingkan besar-kecilnya hewan/tumbuhan, menghitung biji-bijian, mengelompokkan berbagai warna daun, dan mengurutkan ukuran ranting dsb. Belum muncul dalam kegiatan pembelajaran.


















DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, T. 2002 setiap Anak cerdas : Panduan Membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple intellegencies-nya. (alih bahasa : Buntaran,R)jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama

Amstrong, T. 2002 7 kinds of Smart : Menemukan Dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple intellegencies (alih bahasa : Hermaya)jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama

Amstrong, T. 2003 Sekolah Para Juara Multiple intellegencies Di Dunia Pendidikan (Alih Bahasa : Muntaro, Yudi) Bandung : Kaifa.

Amstrong, T. 2002 Penjajakan Pemahaman Dan Pelaksanaan Pendidikan Yang Berorientasi Pada Multiple intellegenciesdi Lembaga-Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. laporan penelitian Yogjakarta : Lemlit UNY

Britsch, S.J. 2001. Emergent Environmental Literacy in the Nonnarrative Composition of Kindergarten Children. Early Chilthood Education Journal, Vol 28. No.3

Campbell, D.T & Stanley, J.C. 1963. Experimental and Quasi Experimental Design for research. Chicago : Rand Mc Nally Co.

Champbell, L Campbell, Bermain & Dickson, Dengan 2002 Multiple intellegencies: Metode Terbaru Melesatkan Konstruktivisme : (penerjemah : Tim Inisiasi). Jakarta : Inisisasi Press.

Depdiknas, balitbang 2003. Kurikulum berbasis kompetensi untuk anak usia dini. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang, Depkdiknas.

Fjortoft, I 2001. The natural Environment as aPlayground for Children : the impact of Outdoor Play Activities in Pre-Primary Scholl Children. Esrly Chilthhood Education Journal, Vol 29. No 2.

Gardner, H 2003 Multiple intellegencies : Kecerdasan Majemuk Dalam Praktek (alih bahasa Sindro A). Batam : Interaksara.

Kurikulum 2004
Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta 2004

Peraturan Mentri Penndidikan Nasional
Republik Indonesia
Tentang
Standar pendidikan anak usia dini